Powered By Blogger

Rabu, 13 April 2011

MIMPI TENTANG PENGANTIN

Kepikiran mimpi semalam >.< koq jd gak enak perasaanku . . .
Habisnya dalam mimpi itu aku merasa seperti itu adalah hari pernikahanku, aku sudah berdandan lengkap bersama para pager ayu dengan pakaian serba hijau. Tapi dalam mimpi itu tak ada pesta besar, hanya pernikahan sederhana bahkan aku merasa belum melewati "ijab qabul". Pengantin prianya pun aku tak tau siapa. tiba2 disuruh foto2 bareng pager ayu gitu aja. tapi aku merasa sedikit kecewa karena tak ada pesta dalam pernikahan ini. Aku pikir apa keluargaku sengaja membuat pernikahan ini sederhana atau dari suamiku yang hanya mampu membuat acara sederhana ini?
Kemudian tiba2 aku sudah menghadiri pesta pernikahan ditempat lain. Temanku yang menikah, padahal dia sudah menikah dan memang aku menghadiri pernikahan itu bersama tunanganku beberapa bulan yang lalu. Di situ aku mendekati mempelai wanitanya dan berbisik "aku juga baru saja menikah".
Hanya itu saja. Tp koq aku merasa gak enak, dan aku segera cari2 makna mimpi ini di internet. Dan kebanyakan "mimpi tentang pengantin" artinya buruk. Jadi serem aku. tapi kalau mimpi menghadiri pernikahan/melihat mempelai wanita koq artinya bagus ya????
Ah, merinding sendiri aku. Semoga tidak terjadi suatu hal buruk yang menimpaku, keluargaku dan calon suamiku.

Selasa, 05 April 2011

HA HA HA . . .

pengen curhat, gak sinkron ma judul ya?
hehee . . .
sebenernya ini hanya akan mempermalukan diriku, bila akhirnya nanti semua terangkai kembali dalam rajutan jaring laba2. walaupun kini mulai koyak, lagi . . .

ya lagi, karna udh terlampau sering jaring2 itu koyak, bayangkan saja bila dalm satu jaring itu ada dua laba2 satu betina, satu jantan. bila cocok tentu saja keduanya bisa akur, makan bersama, dan bermain juga bersama. lalu bagaimana bila keduanya tak akur atau mungkin bisa dibilang "lagi tak akur" karna kadang akur juga.

tentu saja . . . saling menyerang, dan akhirnya . . . jaring mereka, yg telah lama dirajut bersama tentu akan koyak. sengaja atau tidak, karna lampiasan emosi mereka. yang walau nantinya akan diperbaiki tentu tetap tak sempurna. seindah2nya permata bila telah terbelah dua, disatukan dengan lem super terkuat sekalipun tetap tak akan sempurna lagi.garis yg disatukan kembali itu tetap ada, walau tak tampak oleh orang lain.

well, ini tentang diriku, tentang kami, tentang jaring laba2 kami. jaring cinta, kesetiaan yg pernah terjaga, dan sangat memalukan sekali, lagi2 koyak.untuk disebut karna orang ketiga aq terlalu malu, tp kalau bukan lalu apa lagi??? karna tak saling percaya??? bukan kah ia yg selalu menggembar-gemborkan "saling percaya" itu? sekedar ngetes??? bagaimana bisa dibilang "saling percaya" kalau masih dibutuhkan yang namanya ngetes2 satu sama lain?

kalau yg aku bilang "jail" juga tak dapat diterimanya, atau dia yg terlampau emosi? menanggapinya tanpa mencoba memahami maksudku dahulu???


tubikontinyu . . .

Jumat, 25 Maret 2011

Duo TANZA

Duo Tanza, ada yang tau??? Cuma nanya, hehehe....ane taunya juga dari ini TKP 
Vidionya juga ada di Youtube, nih TKP-nya  Kau Selalu Tau, satu lagi Satu Bintang Terang
Jadi mereka itu salah satu peserta Suara Indonesia, kalo tampil selalu pake topeng. Itu jadi ciri khas mereka.. Aku lagi nyari2 info tentang mereka nih, tp masih susah.
Tapi untuk sementara nih ada liric dari lagu mereka, sambil nyari2 infonya nih... Monggo disimak, lagunya lumayan keren . . .


KAU SELALU TAU - TANZA

Dia begini, dia begitu
Kau s’lalu tau
Dia dengan siapa, dia berbuat apa

Semua tentang dia kenangan tentang dia
Masih kau simpan
Cerita tentang dia semua tentang dia
Masih kau kenang

Apa yang engkau tau
Tentang diriku
Apa kau tidak tau
Di sini aku terluka


KEJORA - TANZA

Bagaikan lilin kecil
yang terangi malam ini
Itu yang kurasa
saat kau di sini

Diriku hanya ingin
memeluk erat tubuhmu
Tapi apa ku mampu
tuk menggapai kamu

Bintang kejora
Kumerindukan dirimu
Saat kaupergi jauh

Bila kau sayang
Aku ingin kau kembali
Aku sayang kamu

Bagaikan lilin kecil
yang terangi malam ini
Itu yg kurasakan
saat kau disini


ada tambahan lagi nih, foto personilnya. Cekibrotttt..... 
Yang cowok :
 
Reza Tanza

Yang cewek :
Tanty Tanza
Tanty Tanza

Senin, 21 Februari 2011

Menunda Nikah, Sebab dan Solusinya

 Menikah merupakan sunnah (jalan hidup) para nabi dan rasul ‘alaihimus salam sebagaimana difir-mankan Allah Subhannahu wa Ta’ala ,

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.” (Ar-Ra’d: 38)


Menikah juga merupakan nikmat Allah kepada hamba-hamba- Nya yang dengannya akan diperoleh maslahat dunia dan akhirat, pribadi dan masyarakat, sehingga Allah menjadikannya sebagai salah satu tuntutan syara’. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan kawinkan-lah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan.” (QS. 24:32)

Menunda nikah kalau kita perhatikan, kini telah menjadi sebuah fenomena di masyarakat yang cukup menarik perhatian berbagai kalangan. Penundaan tersebut memiliki beberapa sebab, di antaranya ada yang berkaitan dengan keluarga dan masya-rakat, ada pula yang terkait langsung dengan para pemuda dan pemudi sendiri.

Di bawah ini di antara sebab-sebab yang menjadikan para pemuda dan pemudi menunda nikah:
1.. Lemahnya Pemahaman Syar’i Tentang Nikah.
Seseorang jika tahu bahwa sesuatu itu adalah ibadah, maka segala apa yang dihadapinya akan tampak lebih ringan. Halangan dan rintangan yang ada, meskipun berat akan dihadapi dengan lapang dada dan penuh kesabaran, sehingga urusan menjadi terasa lebih mudah. Di dalam nikah, terdapat beberapa bentuk ibadah, di antaranya: Untuk menjaga para pemuda dan pemudi dari perbuatan negatif dan dosa dan untuk melahirkan generasi pilihan yang siap beribadah kepada Allah, mendirikan shalat, berpuasa dan berjuang di jalan-Nya.
2.. Biaya yang Berlebihan
Angka rupiah yang melambung tinggi untuk biaya nikah terkadang menjadi momok tersendiri bagi para pemuda, sehingga hal itu menjadi beban bagi dirinya dan keluarganya. Masalah ini biasanya lebih dikarenakan alasan adat, ikut-ikutan, gengsi atau mengikuti trends. Ini semua menyalahi ajaran Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam dan merupakan penghalang bagi pemuda-pemudi untuk menikah.
3.. Terikat dengan Studi
Sebagian pemuda ada yang tidak memikirkan nikah sama sekali, kecuali setelah selesai studinya. Bahkan hingga tingkat pasca sarjana atau doktoral di luar negeri, hingga bertahun-tahun. Demikian pula dengan para pemudinya yang kuliah untuk dapat mengejar jenjang akademisnya, hingga mengabaikan masalah pernikahan.
4.. Kekeliruan Cara Pandang Terhadap Pemuda Pelamar
Ketika ada seorang pemuda melamar gadis maka yang pertama ditanyakan adalah apa pekerjaannya dan berapa penghasilan atau gajinya. Dan karena penghasilan yang kurang besar, banyak para pemuda yang tidak diterima lamarannya, padahal tidak seharusnya demikian.
5.. Banyaknya Pengaruh dari Orang Lain.
Baik itu dari tetangga, kerabat, teman atau sesama pemuda, padahal mereka bukanlah orang-orang yang faham ilmu syar’i. Orang-orang tersebut memberikan pertimbangan- pertimbangan yang kurang proporsional sehingga menjadikan lemah dan kendornya semangat untuk menikah.
6.. Belum Ketemu yang Didambakan.
Ada sebagian pemuda yang menunda-nunda nikah karena mencari wanita yang betul-betul memenuhi kriteria impiannya, sempurna dari semua segi. Bahkan boleh jadi ada yang membatalkan lamaran karena si wanita tadi kurang tinggi beberapa senti saja. Demikian pula dengan pemudinya yang mendambakan laki-laki yang sempurna dari segala sisi, sehingga setiap ada pemuda yang melamar selalu ditolak karena tidak memenuhi kriteria yang didambakan.
7.. Kurang Adanya Kerja Sama di Masyarakat.
Kerjasama di masyarakat untuk saling memberi informasi pemuda-pemudi yang siap menikah, dirasakan masih kurang.
8.. Merebaknya Media yang Merusak
Seperti menampilkan acara-acara yang menggambarkan permasalahan- permasalahan rumah tangga, perteng-karan suami istri, antara istri dengan keluarga suami dan lain-lain. Hal ini berpengaruh, ketika seorang pemuda akan melamar, yaitu munculnya persangkaan negatif dan rasa curiga yang berlebihan.
9.. Kurangnya Rasa Tanggung Jawab di Kalangan Pemuda.
Tidak adanya keseriusan seorang pemuda di dalam mengemban tang-gung jawab hidup, terkadang meru-pakan penghalang untuk menikah. Mereka merasa amat berat dan lemah menghadapi kehidupan, apalagi kehidupan rumah tangga. Karena mereka tumbuh dan terbiasa dalam kondisi santai, serba enak dan dimanja.
10.. Banyaknya Media dan Tempat Hiburan.
Maraknya tempat-tempat hiburan dan tempat-tempat yang merusak, ditambah dengan sarana transportasi dan telekomunikasi yang tidak dimanfaatkan dengan benar menjadikan fitnah tersebar di mana-mana. Maka tak jarang pemuda atau pemudi asyik dan terlena dengan semua itu, sehingga tidak ada perhatian sama sekali terhadap nikah.
11.. Budaya Hubungan Pranikah (pacaran)
Jika seorang pemuda mengikat hubungan dengan pemudi sebelum menikah, maka pada dasarnya sama saja dengan menjerumuskan diri ke dalam bahaya dan kesulitan. Hal ini juga berdampak kepada si gadis, ketika akan dilamar, maka mungkin dia menolak dengan alasan telah ada hubungan dengan pemuda lain, padahal sebenarnya pemuda tersebut bukanlah apa-apanya.
12.. Keberatan Orang Tua terhadap Anak Gadisnya.
Terutama jika si anak memiliki penghasilan yang lumayan besar atau ia seorang anak yang berbakti, biasanya si orang tua berat hati melepasnya karena masih ingin mendapat perha-tian atau pelayanan darinya.
SOLUSI Masalah menunda pernikahan bagi pemuda dan pemudi merupakan masalah yang cukup serius dan memiliki dampak negatif yang amat banyak.

Maka sebagai jalan keluarnya dalam kesempatan ini disampaikan beberapa saran kepada masyarakat umum dan lebih khusus para orang tua dan walinya. Diantaranya yaitu:
1.. Memberikan pengarahan secara intensif kepada masyarakat tentang tujuan menikah, kebaikan yang diperoleh, hukum dan adabnya. Hendaknya disampaikan secara sederhana dan dengan bahasa yang mudah. Tujuannya supaya dapat menghilangkan anggapan keliru seputar pernikahan masa muda.
2.. Menyebarluaskan pernikahan para pemuda/pemudi dan memberikan pujian kepada mereka serta orang tuanya.
3.. Senantiasa mengingatkan bahwa usia yang paling utama untuk menikah adalah di masa muda. Alangkah indah jawaban yang disampaikan oleh seseorang ketika ditanya, “Kapan usia yang tepat untuk menikah? Maka ia menjawab,
“Kapan selayaknya seseorang itu makan? Maka orang tentu akan menjawab “ketika ia lapar”. Demikian pula ketika seorang remaja telah melewati masa baligh, maka itulah waktu yang sangat pas untuk menikah karena tuntutan kebutuhan fithrah dan sebagai penjagaan dari berbagai perilaku negatif.
4.. Memberikan dorongan dan anjuran kepada para orang tua dan kerabat agar menikahkan putra-putrinya di usia muda serta memperingatkan akan bahaya dan dampak negatif dari menunda-nundanya.
5.. Membiasakan agar tidak bermewah-mewahan di dalam mengadakan walimah, sebab hal ini sering menjadi masalah bagi para pemuda yang ingin menikah. Nabi telah bersabda, “Adakan walimah meski hanya dengan seekor kambing!” Jelas sekali bahwa walimah tidak harus memaksakan diri dengan sesuatu yang serba mewah.
6.. Mengajak kepada masyarakat agar memberikan keringanan dalam mahar (maskawin).
7.. Senantiasa memberikan dorongan dan anjuran untuk menikah, karena ia merupakan salah satu sunnah Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam.
8.. Hendaknya bagi orang yang memiliki kelebihan dan keluasan harta supaya memberikan bantuan kepada saudara, teman atau kerabatnya yang membutuhkan biaya pernikahan demi untuk menjaga para pemuda dan pemudi dari hal-hal yang negatif. Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin- semoga Allah merahmati beliau berdua memperbolehkan penyaluran dana zakat untuk membantu para fakir miskin yang membutuhkan biaya pernikahan khusus untuk membayar mahar dan biaya pernikahan saja.
9.. Menganjurkan para pemuda, baik melalui teman-temannya atau kera-batnya supaya memberikan dorongan untuk menikah. Juga menganjurkan para wali agar bersegera menikahkan putrinya atau para gadis yang berada dalam tanggungannya.
10.. Memberikan kabar gembira bahwa menikah merupakan salah satu sebab dibukanya pintu rizki, sebagai-mana disabdakan Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam ,”Tiga orang yang akan dijamin pertolongan dari Allah: Orang menikah karena ingin menjaga diri, mukatib (hamba sahaya yang ingin memerdekakan diri) yang menepati janjinya dan orang yang berperang di jalan Allah.”
11.. Memperingatkan para pemuda untuk tidak menyia-nyiakan harta dan agama, berfoya-foya dan senang-senang, suka melancong dan menghambur-hamburka n uang. Ingatkan pula bahwa menikah itu tidaklah membutuhkan biaya yang sangat besar, bahkan boleh jadi biaya yang digunakan sekali jalan dalam melancong adalah lebih besar daripada biaya pernikahan.
12.. Bagi yang telah lebih dahulu menikah hendaklah memberikan pengarahan yang logis dengan penuh hikmah kepada para pemuda. Jangan-lah terlalu idealis di dalam memilih pendamping hidup, cukuplah sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam menjadi acuan di dalam hal memilih istri. Beliau mengatakan bahwa wanita dinikahi karena empat hal dan beliau menjadikan yang paling utama adalah yang baik agamanya.
13.. Memperingatkan keluarga dan kerabat agar jangan menunda-nunda pernikahan putri-putrinya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam pernah bersabda kepada shahabat Ali Radhiallaahu anhu,
“Tiga perkara wahai Ali, janganlah engkau menunda-nunda, ” shalat jika telah masuk waktunya, jenazah bila telah siap dishalatkan, wanita sendirian jika telah ada jodoh-nya.” (HR. Ahmad)
14.. Membentuk keluarga dan ling-kungan yang baik dan islami yang mengerti dan bersungguh-sungguh dengan ajaran Islam. Sehingga dampak-nya adalah akan memberikan dukungan yang besar terhadap berkembangnya ajaran dan sunnah Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam termasuk salah satunya adalah menikah.
15.. Memperingatkan para ibu dan bapak agar bersegera menikahkan putra-putrinya jika telah siap. Karena menundanya terkadang akan memberi-kan dampak negatif berupa penyimpangan moral atau terjadinya hubungan yang diharamkan.

Dan sebagai orang tua tentu juga memperoleh dosa akibat kelalaian yang diperbuatnya. Sumber: Kutaib “Ya Abbi Zawwijni” Abdul Malik al-Qasim.  Menyampaikan Kebenaran adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah adalah dengan menyampaikan buletin ini kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahuinya. Semoga Allah Ta’ala Membalas ‘Amal Ibadah Kita.

Sumber: Kutaib “Ya Abbi Zawwijni� Abdul Malik al-Qasim.
http://www.ppmr.org/arsip/menunda-nikah-sebab-dan-solusinya/

Senin, 14 Februari 2011

BERZANJI

KITAB BERZANJI

Kitab Barzanji adalah buah karya Syekh Jafar Al Barzanji bin Husin bin Abdul Karim (1690-1766 M), seorang qadli (hakim) dari Mazhab Maliki yang bermukim di Madinah. Judul asli kitab tersebut, 'Iqd al-Jawahir (untaian permata). Namun, nama Barzanji (sang penulis--Red) lebih dikenal masyarakat Muslim ketimbang nama judul kitabnya. Dan pengucapan kata 'barzanji' secara fasih agaknya cukup menyulitkan lidah lokal Indonesia, sehingga kata tersebut teradaptasi menjadi berjanji.
Karya sastra al-Barzanji ini begitu masyhur di Tanah Air. Syekh Nawawi al-Bantani telah mensyarahi (menjabarkan) isi kitab tersebut dan diberi judul Madarijus Shu`ud ila Iktisa` al-Burud. Beberapa ahli bahasa Arab menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Sastrawan WS Rendra pernah mementaskannya dalam Pagelaran Seni Teater Shalawat Barzanji beberapa tahun silam.
Penulisan Kitab Barzanji tidak lepas dari sejarah panjang konflik militer dan politik antara umat Islam dan umat Kristen Barat dalam Perang Salib. Selama Perang Salib berlangsung, Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193 M) sadar akan pentingnya figur pemersatu yang diimajinasikan bersama. Dialah Rasulullah SAW.
----


SASTRA ISLAM

Yaa Nabi salam 'alaika (Wahai Nabi, semoga kedamaian selalu tercurahkan kepadamu)
Yaa Rasul salam 'alaika (Wahai Rasul, semoga kedamaian selalu tercurahkan kepadamu)
Yaa habib salam 'alaika (Wahai sang kekasih, semoga kedamaian selalu tercurahkan kepadamu)
Shalawatullah 'alaika (Semoga kemulyaan dari Allah selalu dilimpahkan kepadamu).
Syair itu begitu akrab di telinga masyarakat Muslim Indonesia. Setiap saat, baik di rumah, surau, majelis taklim, maupun masjid, syair tersebut dikumandangkan untuk memuji Nabi Muhammad SAW. Apalagi pada bulan Rabiul Awal, yang merupakan tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, pembacaan syair-syair pujian kepada Rasulullah, baik Diba' Barzanji, Burdah, Simthuddurar (Maulid Habsyi), bergema dalam berbagai kegiatan keagamaan. Tidak saja di Indonesia, tetapi juga sering dibaca umat Islam di Asia Tenggara dalam berbagai upacara keagamaan. Dan syair maulid Diba' Barzanji, Burdah, Simthuddurar dan lainnya, kini dibukukan dalam satu buku yang diberi nama Syaraf al-Anam.
Umat Muslim Indonesia punya cara tersendiri dalam mengekspresikan rasa cintanya terhadap Rasulullah SAW. Pujian dan shalawat disuarakan bersama-sama secara khusyuk dan terkadang diiringi alunan musik tradisional, kompang, gambus, hadrah, rebana, dan lainnya. Kegiatan pembacaan syair maulid ini begitu semarak dalam semangat kebersamaan. Bagi umat Islam, pembacaan syair-syair maulid ini merupakan penghormatan dan pujian atas keteladanan penghulu umat, Muhammad SAW.
Syair di atas adalah bait kedua dan ketiga dari nazhom Al-Barzanji. Namun demikian, saat pembacaan syair Burdah, Diba' atau al-Habsyi, syair ini juga sering dibaca, terutama ketika memasuki mahallu al-qiyam (tempat berdiri).
Kitab Barzanji adalah buah karya Syekh Jafar Al Barzanji bin Husin bin Abdul Karim (1690-1766 M), seorang qadli (hakim) dari Mazhab Maliki yang bermukim di Madinah. Judul asli kitab tersebut, 'Iqd al-Jawahir (untaian permata). Namun, nama Barzanji (sang penulis--Red) lebih dikenal masyarakat Muslim ketimbang nama judul kitabnya. Dan pengucapan kata 'barzanji' secara fasih agaknya cukup menyulitkan lidah lokal Indonesia, sehingga kata tersebut teradaptasi menjadi berjanji.
Karya sastra al-Barzanji ini begitu masyhur di Tanah Air. Syekh Nawawi al-Bantani telah mensyarahi (menjabarkan) isi kitab tersebut dan diberi judul Madarijus Shu`ud ila Iktisa` al-Burud. Beberapa ahli bahasa Arab menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Sastrawan WS Rendra pernah mementaskannya dalam Pagelaran Seni Teater Shalawat Barzanji beberapa tahun silam.
Syair Barzanji yang dikenal juga dengan Maulid Barzanji mengisahkan riwayat hidup Nabi Muhammad SAW dalam untaian syair yang menakjubkan. Dalam garis besarnya, karya ini terbagi dua, yaitu natsar dan nazhom. Pada bagian natsar terdapat 19 subbagian yang memuat 355 untaian syair, dengan mengolah bunyi ah pada tiap-tiap rima akhir. Seluruhnya merunutkan riwayat Nabi Muhammad SAW, mulai dari saat-saat menjelang baginda Nabi dilahirkan hingga masa-masa tatkala beliau mendapat tugas kenabian. Sementara, bagian nazhom terdiri atas 16 subbagian yang memuat 205 untaian syair, dengan mengolah rima akhir nun.
Di dalam kitab ini tidak terdapat informasi tentang tanggal, bulan, dan tahun suatu peristiwa sejarah secara detail. Kitab ini ditulis tidak dimaksudkan sebagai buku sejarah, namun data historis yang disajikan merujuk kepada Alquran, hadis, dan sirah nabawiyah. Syair ini merupakan karya sastra tentang riwayat hidup Rasulullah SAW dengan kekuatan bahasa, pemilihan kata yang apik dan serasi, serta metafor yang indah. Sebagai contoh, keluhuran sosok Rasulullah dianalogikan dengan benda-benda langit sebagai penghias alam semesta, bahkan lebih indah dari benda-benda itu.
Cahaya di atas cahaya
Bahkan, Syekh Ja'far menggambarkan kehadiran sang Rasul di tengah umat Muslim dalam nazhom-nya pada baris keempat yang berbunyi :
Asyraqa al-badru 'alaina fa ikhtafat minhu al-buduuru (Telah terbit purnama di tengah-tengah kita, maka tertutuplah semua bulan purnama).
Pada bait berikutnya, Syekh Ja'far menggambarkan:
Anta syamsun anta badrun Anta nuurun fawqa nuuri (Engkaulah surya, engkaulah purnama. Engkaulah cahaya di atas cahaya).
Dalam tradisi masyarakat Arab, metafora dan simbol terhadap benda-benda langit dimaksudkan menumbuhkan kekuatan rasa cinta dan rindu terhadap orang yang dijunjung, sebagaimana manusia selalu merindukan hadirnya purnama. Dengan penggambaran yang demikian, sang pengarang ingin menyampaikan betapa pribadi Rasulullah begitu agung lagi penting bagi umat manusia, sebagaimana benda-benda langit yang letaknya di atas, memancarkan keindahan, tak terjangkau oleh tangan namun selalu dirindukan, dan memiliki peran penting dalam menjaga dinamika kehidupan alam semesta.
Pribadi dan akhlak baginda Nabi tidak lain adalah ejawantah ajaran Alquran yang wajib ditiru oleh umat Islam. Beliau adalah cahaya di atas cahaya yang menyinari hati setiap umatnya, membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Anta mishbahu as-shuduuri (Engkau adalah lentera hati), kata Syekh Ja'far dalam nazhom bait ketujuh. Kehadirannya sebagai cahaya merupakan nikmat tak terhingga bagi semua makhluk hidup. Melalui beliaulah manusia mengenal Tuhannya secara lebih dekat.
Keindahan syair Barzanji tidak hanya terletak pada metafornya, tetapi juga pilihan kata-katanya. Setiap kalimatnya berupa kasidah puitis yang diakhiri dengan huruf yang sama (ah atau nun). Mudah diucapkan dan nikmat didengar. Bahkan, bagi masyarakat yang masih kuat memelihara tradisi lisan, susunan kalimat itu mempermudah umat dalam menghapalkannya. Sebagaimana kebiasaan para santri pesantren tradisional yang melantunkan bait-bait syair Barzanji tanpa melihat teks.
Untaian kemilau kata yang berakhir dengan bunyi ah tampak pada pelukisan nasab baginda Nabi Muhammad SAW dalam natsar bait pertama. Judul Untaian Mutiara/ agaknya dipilih oleh penulis untuk melukiskan kemulyaan silsilah keluarga Rasulullah yang dituturkan dalam rangkaian kalimat bersajak. Berikut adalah terjemahannya.
''Kusampaikan bahwasanya junjungan kita Nabi Muhammad SAW adalah putra Abdullah, putra Abdul Muthalib, nama aslinya ialah Syaibatul Hamd, karena budi pekertinya yang agung. (Abdul Muthalib) adalah putra Hasyim, nama aslinya Amr, putra Abdu Manaf, yang nama aslinya Al-Mughirah, yang mencapai kemulyaan yang tinggi.''
Pada bagian ini ditutup dengan untaian syair:
Nasabun tahsibul 'ula bihulah (Rangkaian nasab yang berkedudukan tinggi).
qalladatha nujumah al-jawza'u (laksana barisan bintang-bintang yang saling terkait).
Habbadza 'iqdu sudadiw wa fakhari (Betapa indah untaian yang sangat mulia dan membanggakan itu).
anta fahil yatimatul 'ashma-u (dengan dikau yang laksana liontin berkilau di dalamnya).
Sejumlah kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, secara berurutan diuraikan dengan rima yang masih sama. Sang penulis mengisahkan masa kehamilan ibunda Rasul, dan kelahiran beliau yang disertai dengan keajaiban-keajaiban alam. Berikut sekelumit kisah kehadiran sang Nabi dari syair Barzanji.
Dikisahkan pada masa hamil Nabi Muhammad, ibunda beliau, Aminah, didatangi malaikat utusan Allah yang mengabarkan bahwa beliau sedang mengandung seorang nabi dan junjungan seluruh umat manusia. Pada masa kehamilan itu pula, sang ibu menyaksikan cahaya keluar dari tubuhnya. Cahaya tersebut bersinar sampai ke negeri Syam.
Di tempat lain terjadi pula peristiwa yang menakjubkan. Disebutkanlah satu guncangan di istana Kisra di Persia yang menyebabkan istana tersebut retak, yang menjadi tanda keruntuhan kerajaan itu. Juga, api di negara Parsi yang tidak pernah padam selama hampir seribu tahun, namun kemudian padam pada saat Muhammad dilahirkan. Peristiwa ini mengejutkan orang-orang Parsi.
Sementara itu, di dalam nazhom yang diakhiri dengan bunyi nun, keutamaan budi pekerti baginda Rasul diuraikan dengan barisan kata yang memesona. Di bagian ini penulis menyajikan pribadi Nabi sebagai suri teladan dalam menciptakan kesetaraan, tenggang rasa, dan cinta kasih antarsesama.
Rasul berada di garis terdepan dalam penerapan tatanan sosial berdasarkan ajaran agama Islam. Beliau sangat mencintai kaum fakir miskin, berjalan seiring sejalan dengan para sahabatnya tanpa membedakan status sosial maupun ekonomi. Syair Barzanji mengisahkan suatu ketika Rasulullah mengatakan Khalluu Dhohri (janganlah kalian berjalan di belakangku). Ini menunjukkan sebuah keteladanan sang pemimpin akan pentingnya kebersamaan dengan saudara seiman.
Inilah sedikit rahasia mengapa umat Islam Indonesia begitu gandrung dengan syair Barzanji. Di satu sisi, Barzanji menyajikan kisah kehidupan Nabi dengan untaian kalimat yang begitu gemilang. Dan di sisi lain, masyarakat Indonesia pada umumnya tumbuh berkembang dalam lingkungan yang kaya akan karya sastra. Dengan demikian, penerimaan Barzanji di Tanah Air berjalan cepat dan berakar kuat.
Keteladaan Nabi dalam syair Barzanji menjadi salah satu sarana bagi umat Muslim Indonesia untuk membangun kehidupan individu dan sosial yang ideal. Karya sastra ini membantu proses penanaman nilai-nilai luhur Islam dalam setiap sanubari insan Muslim. Karena itu, setiap Muslim hendaknya istikamah, berpegang pada norma-norma agama yang diajarkan Rasulullah SAW, sekaligus mencontoh kepribadian, akhlak, dan perilaku beliau.
Gema barjanji
Sayangnya, transformasi nilai dalam syair-syair maulid Barzanji dan lainnya dalam kehidupan umat sehari-hari masih terkendala oleh faktor bahasa. Sejauh ini, terjemah versi bahasa Indonesia belum banyak dibaca oleh masyarakat, terutama yang berada di pedesaan. Akibatnya, tidak banyak umat Muslim Indonesia yang mampu menyelami mutiara hikmah yang terkandung di dalamnya.
Namun yang cukup menggembirakan, kesadaran keagamaan masyarakat Muslim masih cukup tinggi, sebagaimana tampak pada kecenderungan mereka membaca riwayat hidup Nabi, dan berupaya mencontoh kepribadian beliau yang dipaparkan para tokoh agama melalui upacara-upacara keagamaan.
Maulid Nabi Muhammad pada 12 Rabi'ul Awal, yang jatuh pada 9 Maret 2009 disambut oleh umat Muslim seantero nusantara dengan berbagai ekspresi kebahagiaan. Salah satu kegiatan yang pasti tidak tertinggal adalah pembacaan Barzanji secara bersama-sama di berbagai tempat. Indahnya syair Barzanji dilantunkan melalui ekspresi-ekspresi budaya, yang tidak hanya membangun kematangan spiritual masyarakat, tetapi juga kekuatan jaringan sosial mereka.
Untuk kesekian kalinya, gema shalawat Nabi terdengar serentak di seluruh nusantara.
Yaa Nabi Salaamun 'alaika
Yaa Rasul Salaamun 'alaika
Anta syamsun anta badrun
Anta nuurun fawqa nuuri.

Syekh Ja'far al-Barzanji: Sang Pecinta Rasulullah
Sastra adalah salah satu unsur budaya Arab yang paling menonjol sejak zaman jahiliah, zaman kegemilangan Islam, bahkan hingga sekarang. Sastrawan-sastrawan besar Arab lahir di tengah lingkungan kesusastraan yang tumbuh dinamis di negeri itu. Karya-karya mereka menyebar bersama dengan persebaran Islam di berbagai belahan dunia. Salah satu karya sastra yang diterima secara luas oleh umat Islam di dunia adalah 'Iqd al-Jawahir (Untaian Permata), atau yang dikenal dengan Kitab Barzanji atau syair Barzanji, karangan Syekh Ja'far Al Barzanji bin Husin bin Abdul Karim (1690-1766 M).
Ja'far al-Barzanji lahir dan besar dalam lingkungan keluarga Muslim religius. Menurut sebuah riwayat, beliau adalah keturunan (buyut) dari cendekiawan besar Muhammad bin Abdul Rasul bin Abdul Sayyid al-Alawi al-Husain al-Musawi al-Shaharzuri al-Barzanji (1040-1103 H/1630-1691 M), Mufti Agung dari mazhab Syafi'i di Madinah. Sang mufti (pemberi fatwa) berasal dari Shaharzur, kota kaum Kurdi di Irak, setelah mengembara ke berbagai dunia Islam akhirnya bermukim di Kota Madinah.
Syekh Ja'far sendiri adalah seorang qadli (hakim). Beliau mengabdikan diri untuk kemaslahatan umat Islam di Madinah. Bahkan, sebagian masyarakat meyakini ia mendapatkan karamah dari Allah SWT, sebagaimana tecermin pada kedalaman ilmu agamanya, keluhuran budi pekertinya, dan keluasan wawasannya. Beliau wafat di Kota Madinah dan dimakamkan di Jannatul Baqi`.
Potret kedalaman ilmu agama Syekh Ja'far terpancar melalui salah satu karya agungnya yang hingga kini masih dibaca umat Islam di seluruh dunia, Kitab Barzanji. Kitab sastra yang mengulas semua aspek kehidupan Nabi Muhammad SAW itu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi upacara-upacara keagamaan umat Islam secara keseluruhan. Dalam sebuah sumber, Kitab Al-Barzanji ini ditulis Syekh Ja'far sebagai bentuk kecintaannya kepada Nabi Muhammad SAW. Dari syair itu, diharapkan seluruh umat Islam meneladani keagungan dan kerpibadian Rasulullah SAW.
Penulisan Kitab Barzanji tidak lepas dari sejarah panjang konflik militer dan politik antara umat Islam dan umat Kristen Barat dalam Perang Salib. Selama Perang Salib berlangsung, Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193 M) sadar akan pentingnya figur pemersatu yang diimajinasikan bersama. Dialah Rasulullah SAW.
Imbauan agar para ulama menulis syair-syair shalawat Nabi disebarluaskan ke perbagai penjuru negeri Arab. Kitab Berzanji hadir dalam situasi umat Islam membutuhkan kekuatan yang dapat diimajinasikan itu. Syekh Ja'far agaknya berhasil. Setidaknya dalam ranah sosial budaya yang hingga kini masih dapat dilihat pengaruhnya. Mungkin inilah berkah dari Allah untuk sebuah mahakarya seorang ulama yang terkenal dengan kerendahan hati dan keihlasannya itu.
Syekh Ja'far menempatkan baginda Nabi Muhammad SAW pada posisi sentral dalam kehidupan dunia. Tidak hanya bagi umatnya, tetapi juga bagi umat manusia seluruhnya. Keindahan syair Barzanji menggiring setiap pembacanya untuk menyadari bahwa kebenaran berasal dari sumber yang satu, yaitu Alquran yang dibawa oleh seorang Rasul paling mulia, Muhammad SAW. Sentralitas figur Nabi Muhammad SAW mampu mendekatkan seluruh komponen masyarakat untuk kemudian bersatu, bahu-membahu membangun sebuah kesatuan umat yang kokoh. Dalam konteks ini, sangatlah penting, setiap Muslim membaca Barzanji untuk meneladani dan mengingat kemuliaan Rasulullah SAW.
Di Indonesia, karya Syekh Ja'far ini dilantunkan dalam upacara-upacara seperti sekaten, kelahiran anak, akikah, potong rambut, pernikahan, syukuran, dan upacara lainnya. Ini mencerminkan kesatuan ciri-ciri kebudayaan umat Islam Indonesia, sekaligus menyimbolkan keseragaman cara pandang mereka terhadap Rasulullah SAW. Pada skala yang lebih kecil, jamaah yang hadir dalam pembacaan Barzanji memiliki kesadaran persamaan antarsesama. Mereka duduk bersila bersama, berdiri bersama, membaca Barzanji bersama, dan makan bersama. Dari level yang paling kecil inilah, benih-benih persatuan umat Islam dapat dipupuk dan ditumbuhkembangkan demi keutuhan ukhuwah islamiyah. rid/dia/berbagai sumber

http://amustofa.blogspot.com/2009/03/berzanji.html 

Rabu, 09 Februari 2011

Karakter Manusia Berdasarkan Bentuk Wajah




Kata orang, membaca karakter orang itu tidak semudah membaca buku, bahkan terkadang anda perlu bertahun-tahun untuk mengenal sifat dan karakter orang lain, bahkan, pasangan anda pun masih menyimpan banyak sekali rahasia mengenai karakter dirinya.

Salah satu panduan sederhana untuk mengenal karakter orang, adalah dengan melihat bentuk wajah dan raut wajahnya, siapa tahu anda bisa bertemu dengan pasangan yang cocok dari hal ini. Mari kita pelajari lebih dalam:
 

1. Wajah Api
Wajah Api (berbentuk segitiga atau lebar dahi lebih kecil daripada lebar pipi/rahang). Orang demikian mampu mengubah persepsi orang, memberikan pencerahan atau nasehat, dan membutuhkan sesuatu untuk berkarya. Contohnya karikaturis GM Sudharta.




2. Wajah Air
Wajah Air (berbentuk bulat atau lebar dahi relatif sama dengan lebar pipi/rahang). Sifat air selalu mengalir dan wajah bulat tidak selalu ditemukan pada orang gemuk. Orang demikian pandai, praktis, dinamis. Contohnya Martha Tilaar, Jaya Suprana.




3. Wajah Tanah
Wajah Tanah (berbentuk kotak atau lebar dahi relatif sama dengan lebar pipi/rahang). Orang demikian eksistensinya diam, tidak mudah dipengaruhi orang, membutuhkan suatu peristiwa yang mengguncang sebelum tergerakkan. Contohnya Thomas Alva Edison, Benny Murdani



4. Wajah Logam
Wajah Logam (berbentuk oval). Logam sering dipakai sebagai sabit untuk membuka hutan. Karena itu orang logam sering menjadi pelopor, pembuka jalan, tegas, disiplin, menuruti aturan, ber IQ tinggi. Contohnya Mark Zuckernberg, Sir Edmund Hillary.



5. Wajah Kayu
Wajah Kayu (berbentuk segitiga terbalik atau lebar dahi lebih besar daripada lebar pipi/rahang). Orang demikian suka belajar, betah tinggal di satu tempat, mempunyai aspirasi, murah hati. Contohnya Nostradamus, Abraham Lincoln, Putri Diana, F. Widayanto

Bukti Malaikat Menyumpal Mulut Firaun, Sesaat Sebelum Ditenggelamkan


Dari Sa’id bin Jubeir dari Ibnu ‘Abbas radhiya’l-lahu ‘anhuma meriwayatkan: “dua orang Sahabat menghadap Rasulullah (menanyakan tentang Fir’aun). Sabda Nabi s.a.w: “Malaikat Jibril menyumpali mulut Fir’aun dengan pasir, khawatir kalau-kalau akan mengucapkan: la ‘ilaha illa’l-lah”[1]

Hadits di atas umumnya dapat kita temui pada bahasan ayat tenggelamnya Fir’aun, surah Yunus ayat 90, di mana Allah berfirman: “Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (Qs. 10:90) .

Pada detik-detik naza‘nya, malaikat Jibril melihat gelagat Fir’aun akan mempergunakan kesempatan dalam kesempitan. Allah Ta’ala memerintahkan malaikat Jibril untuk mengeksekusi nyawa Fir’aun dengan cara menyumpal mulutnya dengan pasir, supaya tidak sampai mengucapkan keimanan dan pertaubatannya. Akhirnya Fir’aun mati dengan mulut menyon dan jauh dari rahmat Allah s.w.t.(Tafsir Al-Kasyaf, 21 202). Karena iman dan taubat pada saat ini, tiada guna sama sekali.

Mengutip Tafsir Syeikh Sa’di, ada dua keadaan di mana iman tidak berguna pada saat itu yakni beriman di ujung sakarat dan beriman menjelang hari Qiamat, sesuai firman Allah dalam surah Al-Mu’min:85.

Fir’aun wafat di Laut Merah atau laut Qalzum atau sebelumnya populer dengan nama FAM AL-HAIRUTS, dekat terusan Suez, pada tanggal 10 Muharram dan karena itulah ada syari’at shaum ‘Asyura, setelah sebelumnya menyatakan taubat dan yakin akan Tuhan Allah s.w.t. Dan inilah taubat yang tertolak (Qs. 10:90)

Fir’aun kafir sejak orok

Di antara perkara yang aneh dalam din Fir’aun adalah fithrah kejadiannya. Umum-nya bayi diciptakan oleh Allah dalam keadaan fithrah, tapi tampaknya hadits ini dikecualikan terhadap bayi Fir’aun. Karena sejak orok sudah kafir di dalam perut ibunya.

Bunyi hadits “wa khalaqa fir’aun fi bathni ummihi kafiran,” dan Fir’aun dijadikan (oleh Allah) dalam perut ibunya dalam keadaan kafir. (HR. Ibnu ‘Adi dalam Al-Kamil dan Imam Thabarani dalam Al-Ausath). saat menyampaikan hadits ini Rasulullah s.aw sedang berkhutbah di hadapan para sahabat pada sore hari.

Ahli sejarah terpecah dua; ada yang bilang Fir’aun itu nama orang (ismul ‘ajam), yang lain dan terbanyak mengatakan Fir’aun itu gelar bagi raja yang lupa daratan. Tapi yang jelas, nama ini pertama kali dipakai oleh Walid bin Mush’ab bin Rayyan, keturunan Lois bin Sam bin Nuh.

Fir’aun Musa adalah Ramses II atau Ramses Akbar, yaitu dinasti yang ke-19 yang naik tahta pada 1311 SM. Ada yang mengatakan bahwa, Fir’aun ini juga bernama Maneftah (1224-1214 SM) yang Allah binasakan bersama 700.000 pasukannya di Laut Merah, mayatnya Allah selamatkan, pada waktu syuruq (matahari terbit), menurut Tafsir Muqatil (Qs. 10:90).

Mayatnya diawetkan dengan pembalseman dalam bentuk mumi yang kini disimpan di museum Mesir di Kairo dengan berbagai macam hikmah sejarah. Mumi ini ditemukan pertama kali oleh purba-kalawan Perancis, Loret, di Wadi al-Muluk (lembah raja-raja) Thaba Luxor Mesir pada tahun 1896 M. Pembalutnya dibuka oleh Eliot Smith, seorang purbakalawan Inggris pada tanggal 8 Juli 1907.

Sebuah gelar yang mengarah pada kultus. Pada saat inilah gelar bisa makan tuan. Gelar menyeret pemiliknya pada kesombongan, sehingga bisa lupa daratan. Fitnah ghuluw (kultus, fanatik) muncul dari pemujaan gelar yang kelewat batas.

Perhatikanlah pesan indah dari Imam as-Syafi’i rahimahullah berikut ini: Berkata Imam as-Syafi’i: “aku benci orang yang kelewat mengagungkan makhluk, hingga menjadikan kuburannya (di/sebagai) masjid. Aku kuatir terjadi fitnah atasnya dan fitnah atas orang sesudahnya.


[sumber: forum.vivanews.com]